Emas sukses menyapa level terpuncak dalam tujuh pekan terakhir, menyusul data jelek sector tenaga kerja AS yang menyemai pesimisme di ranah pasar uang dan komoditi bahwa jejak ekonomi sedang melempem, sehingga mendongkrak minat beli terhadap logam mulia sebagai sarana investasi surga teraman.
Data tunjangan sosial tuna karya AS untuk akhir pekan 14 Agustus tercatat naik sebanyak
12000 menjadi 500.000. Melampaui estimasi turun yang disodorkan oleh para analis yaitu 478.000 dari sebelumnya 488.000. Para trader emas segera merespon hasil data tersebut dengan mengantarkan emas mencapai level $1237.30 per ons, setelah sehari sebelumnya value emas tercatat melejit 12% pada sepanjang tahun ini, berbarengan dengan goyahnya bursa saham AS, sebagai sinyal sirnanya momentum pemulihan ekonomi dan berbalik menuju ketidakpastian.
Sehingga keprihatinan pasar terhadap pelambatan ekonomi dalam separuh kuartal kedua ini nampak masih kental, dan menjadi daya lecut penguatan asset-asset safe haven. Setidaknya dalam jangka pendek, emas masih berpeluang untuk terus merayap naik dilandasi oleh meningkatnya demand oleh para investor yang mencoba menghindari asset-asset beresiko disebabkan oleh ketidakpastian di beragam pasar financial.
Kontras dengan performa emas, komoditi unggulan lainnya, yaitu minyak kian didera tekanan jual, terutama setelah rilisan data US unemployment claims yang berlabel mengecewakan, lantas disusul oleh publikasi dari The Federal Reserve Bank of Philadelphia general economic index, yang anjlok pada level terendah sejak Juli 2009.
Philly Fed Manufacturing index, tercatat berada pada level -7.7 jauh menukik di bawah estimasi naik 7.1 setelah bulan sebelumnya tersaji pada skala 5.1. Sehari sebelumnya, data total stok minyak AS telah mencapai level tertinggi setidaknya dalam 20 tahun terakhir, sekaligus menegaskan betapa pasar energy nampak lesu.
Kinerja melempem minyak juga bersanding dengan pengikisan di ranah pasar saham AS. S&P 500 index, terkelupas 1.7% dan Dow Jones terkikis 1.5%.
Absennya rilisan indicator ekonomi AS diperkirakan akan mencuatkan pola pergerakan konsolidasi untuk emas dan minyak.